3 Buku yang Wajib Dibaca Gus Miftah Kedepannya

DemosMagz – Miftah Maulana Habiburrahman atau biasa dikenal dengan nama Gus Miftah, baru saja umumkan mundur sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan, hal itu terjadi setelah ia dirujuk akibat menghina seorang penjual es teh di Magelang yang videonya tersebar. Dalam video tersebut. Miftah terlihat duduk memberikan ceramah di sebuah pondok pesantren.

Miftah diketahui menjabat sebagai utusan khusus di bidang kerukunan beragama dan pembinaan sarana keagamaan, dengan gaji Rp5,04 juta dan tunjangan Rp13,6 juta, yang totalnya mencapai Rp18,6 juta per bulan.

Setelah adanya desakan agar Presiden Prabowo memecat Gus Miftah dari jabatannya sebagai Utusan Khusus Presiden, akhirnya Miftah pun memilih mundur.

Meski sudah meminta maaf. Namun, permintaan maafnya mendapat kritik dari publik karena dianggap dilakukan setelah mendapat teguran dari Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya. Selain itu, video permintaan maaf yang menunjukkan rangkulan kepada Sunhaji dianggap memperlihatkan sikap arogan.

Untuk mencegah hal tersebut agar tidak terulang tuk kedua kalinya, tim Demosmagz akan memberikan rekomendasi beberapa bacaan buku yang tepat untuk seorang Miftah Mualana.

Baca juga: Gus Miftah Mundur dari Utusan Khusus Presiden, Akui Bukan Karena Ditekan

Buku Filsafat Moral Buku karya Fahruddin Faiz

Buku karya Fahruddin Faiz ini menjelaskan bahwa filsafat moral dapat menjadi dasar dalam membuat keputusan etis dalam kehidupan. Karya ini mengaitkan antara teori dan praktik dalam menghadapi dilema moral.

Dengan buku ini Kita akan dibawa ke dalam berbagai sudut pandang mengenai moral. Seperti “perlakukan orang lain sebagaimana Anda ingin diperlakukan,” adalah prinsip moral yang mudah diterima oleh semua orang di mana pun. Oleh karena itu, moralitas yang berkaitan dengan hal-hal yang benar dan salah sebenarnya dapat dipahami secara intuitif. Namun, mengapa moralitas menjadi isu yang sangat penting dalam masyarakat kita?

Selain itu, kita juga akan mendapatkan rentetan pertanyaan mengenai moral, seperti Mengapa, di negara yang masyarakatnya sangat mementingkan agama, moralitas justru tampak terabaikan?

Hal itu dikarenakan Indonesia dikenal sebagai negara yang sangat religius. Dengan label religius itu justru menduduki peringkat tinggi dalam hal korupsi di dunia.

Setiap tahun, ratusan ribu orang mampu menunaikan ibadah haji dan umrah, namun masalah kemiskinan tetap sangat memprihatinkan.

Betapa sulitnya mengajarkan kebersihan dan ketertiban di ruang publik, seperti membuang sampah sembarangan atau saling serobot di jalan raya. Mengapa kita lebih mudah tertib di Singapura dibandingkan di negara sendiri?

Dengan begitu Buku ini mencoba membuka pemahaman kita bahwa isu moral ini tidaklah sesederhana yang kita bayangkan. Ada berbagai faktor yang mempengaruhinya, seperti kesadaran pribadi, sistem hukum, konvensi sosial, adat istiadat, sistem pendidikan, sistem sosial, dan sistem keyakinan. Dari mana kita mulai menganalisanya?

Etika dan Etiket Komunikasi Buku karya William Chang

Buku ini akan membawa kita untuk menanggapi pentingnya etika dan etiket komunikasi, karena sang Penulis berusaha menggali dan menyajikan sejumlah gagasan utama mengenai etika dan etiket dalam berkomunikasi.

Mulai dari lingkup yang lebih kecil seperti keluarga, sekolah, tempat kerja, hingga dalam pergaulan sehari-hari. Kearifan dan nilai-nilai lokal dalam adat istiadat juga digali sejauh mungkin.

Kebiasaan baik dan luhur harus tetap dihormati di mana pun dan kapan pun. Meskipun analisis ini masih jauh dari kesempurnaan, penulis juga sangat menghargai masukan berupa catatan perbaikan dan kritik konstruktif untuk menciptakan dunia komunikasi yang lebih menghargai etika dan etiket.

Suasana komunikasi akan terasa lebih nyaman dan menyenangkan jika didukung oleh sikap dan perilaku yang saling menghargai.

Kerendahan hati untuk mendengarkan pendapat orang lain juga menjadi sikap penting dalam mewujudkan komunikasi yang sehat. Komunikasi akan lebih berarti jika kita bisa menyampaikan pesan dan isi hati dengan tulus kepada orang yang diajak berkomunikasi.

Tentu saja, suasana dan lingkungan harus diperhatikan dalam proses berkomunikasi. Berkomunikasi pada waktu dan tempat yang tepat biasanya akan menghasilkan komunikasi yang memuaskan.

Keadaan emosional yang tidak mendukung juga dapat memengaruhi kualitas komunikasi, karena hal itu memengaruhi pikiran dan perasaan seseorang. Kualitas komunikasi sangat dipengaruhi oleh setiap komunikator, suasana hati, pemikiran, dan lingkungan sekitar.

Semoga pemikiran ini dapat memberikan manfaat dalam memperbaiki dunia komunikasi digital yang sangat memengaruhi kehidupan anak-anak, remaja, orang dewasa, dan lansia.

Buku Seni Berbicara Tanpa Bikin Sakit Hati Karya Oh Su Hyang

Buku Seni Berbicara Tanpa Bikin Sakit Hati adalah salah satu karya yang membahas komunikasi, yang mengajak pembaca untuk merefleksikan diri dan menyadari kesalahan-kesalahan yang sering terjadi dalam berkomunikasi.

Selain itu, buku ini juga memberikan panduan tentang cara menciptakan komunikasi yang nyaman baik untuk pembaca maupun lawan bicara.

Itu dia 3 buku yang menjadi rekomendasi untuk mencegah hal-hal yang dilakukan Miftah Maulana agar tidak terulang kembali.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 komentar