“Die Weiße Rose” Sebuah Memoar Perlawanan Kaum Akademisi Melawan Rezim Nazi

“Bahwa Kewajiban Seorang Pemikir Untuk Melawan Segala Bentuk Penindasan, Walau Dalam Masa Perang Sekalipun” -Hans Scholl

DemosMagz – Hans dan Sophie Scholl pada masa mudanya sempat bergabung dalam Hitler Jugend (Hitler Muda) sebuah organisasi paramiliter untuk mendokrin anak-anak dan remaja pada era Nazi Jerman.

Namun mereka ditentang keras oleh kedua orang tuanya, dimana orang tua dari Hans dan Sophie menganggap bahwa naiknya Hitler akan membawa malapetaka dan kehancuran bagi bangsa Jerman.

Tiga dari pendiri Die Weiße Rose, Hans Scholl, Willi Graf, dan Alexander Schmorell sempat memenuhi panggilan wajib militer dari Hitler dan bertugas sebagai divisi Medis di Front Timur, dimana saat berada disana mereka menyaksikan serangkaian pelanggan HAM yang dilakukan oleh rezim Nazi melalui pasukan SS kepada kaum Yahudi dan bangsa Non-Arya.

Ketika mereka kembali ke Munich, mereka bertiga bersama adik perempuan Hans Scholl, Sophie Scholl mulai berdiskusi terkait bagaimana cara mereka dalam upaya melawan rezim Nazi.

Kombinasi dari Idealisme pemuda, akses pengetahuan yang kuat dari literatur Jerman, dan pengaruh yang kuat dari ajaran Teologis Kristenlah yang membuat mereka berani menyatakan sikap dan mengatakan TIDAK! pada rezim Nazi Jerman.

Die Weiße Rose atau White Rose adalah gerakan yang mereka namakan, White Rose melambangkan Kesucian dam Kepolosan yang menggambarkan keyakinan para anggota gerakan ini bahwa mereka berjuang untuk kebenaran dan keadilan yang murni dan tidak ternoda, meskipun melawan rezim yang biadab, beringas dan penuh kedzaliman.

Baca juga: Memoar Tumbangnya Monarki Prancis di Tangan Rakyat Akibat Sistem Pajak yang Tidak Adil

Gerakan ini lahir dikota Munich pada tahun 1942, berbeda dengan para konspirator dalam plot pembunuhan Hitler pada 20 July 1944 (Operasi Valkyrie) atau grup-grup perlawanan anti fasis lainnya seperti The Edelweiss Pirates yang lebih mengedepankan aksi-aksi kekerasan dalam perlawanan mereka melawan rezim Nazi Jerman, kelompok Hans Scholl lebih memilih jalan advokasi dan cara-cara pasifis yang anti kekerasan dalam upaya melawan rezim Nazi Jerman.

Agenda mereka dalam upaya anti-perang dan perlawanan melawan Nazi dimulai pada bulan Juni 1942, dengan penyebaran pamplet-pamflet dan artikel-artikel anti-perang di universitas-universitas di Munich

Kegiatan mereka meliputi penulisan dan distribusi selebaran-selebaran dan pamflet-pamflet yang menyerukan perlawanan pasifis terhadap rezim Nazi dan mengutuk kejahatan yang dilakukan oleh pemerintahan Hitler.

Mereka mengutip penggalan-penggalan ayat dari Alkitab, Aristoteles serta mengambil inspirasi dari para penyair Jerman seperti Goethe dan Schiller dengan tujuan untuk mengajak kaum intelektual dan akademisi Jerman untuk menyatakan sikap dan menentang pemerintahan Hitler dan rezim Nazi.

Baca juga: Rojava dan Implementasi Revolusi Ekologi Sosial Ala Murray Bookchin

Pada 18 Februari 1943, Hans dan Sophie melakukan distribusi selebaran ke Universitas Munich. Mereka menempelkan dan menyebarkan selebaran-selebaran anti-Nazi di koridor-koridor Universitas dan pada tindakan terakhir Sophie melemparkan sisa-sisa selebaran dari lantai atas gedung Universitas Munich.

Tindakan yang dilakukan Sophie kemudian dilihat oleh petugas kebersihan bernama Jakob Schmid, seorang simpatisan partai Nazi, Yang kemudian melaporkan mereka ke Gestapo.

Hans dan Sophie ditangkap, lalu pada 22 Februari 1943 mereka diadili oleh Volksgerichtshof, sebuah badan pengadilan rakyat era Nazi Jerman.

Mereka dinyatakan bersalah atas penghianatan terhadap negara. Mereka dijatuhi hukuman mati dengan guillotine pada hari yang sama mereka mendapat putusan bersalah dari persidangan. Mereka dieksekusi di Penjara Stadelheim, Muchen.

Gerakan mereka mendapat dampak signifikan dikalangan kaum intelektual Jerman selama Rezim Nazi. Meskipun anggota kelompok mereka relatif kecil, keberanian kelompok ini dalam menyebarkan dan menyuarakan kampanye anti-perang dan anti-fasis membangkitkan kesadaran dan perlawanan dikalangan mahasiswa dan kaum intelektual di Jerman.

Setelah eksekusi anggota-anggota inti Die Weiße Rose, berita tentang mereka menyebar luas di dataran negeri Jerman, hingga pada bulan Juli 1943, salinan-salinan dari tulisan mereka mencapai Inggris.

Yang kemudian, salinan-salinan tersebut di duplikat secara massal dan dijatuhkan di atas negeri Jerman melalui pesawat-pesawat sekutu dengan judul “The Manifesto of the Students of Munich”

Meskipun mayoritas kaum Intelektual Jerman saat itu cenderung bungkam dan takut untuk mengambil tindakan langung dan menyatakan sikapnya melawan Rezim Nazi secara langsung.

Namun mereka berkata TIDAK dan berani melawan Nazi dengan cara mereka sendiri, keberanian kelompok ini menjadi contoh nyata fungsi mahasiswa sebagai agen perubahan dan perlawanan etis.

Setelah perang berakhir Die Weiße Rose banyak menginspirasi generasi-generasi berikutnya untuk menolak otoritarianisme dan menjadi simbol pelawanan terhadap tirani.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 komentar