Pilkada serentak 2024 sudah berada di depan mata. Pada Senin 4 Oktober lalu KPU Indramayu menggelar debat publik pertama Calon Bupati dan Wakil Bupati Indramayu. Ketiga paslon hadir dalam acara tersebut hadir, Mereka adalah H. Bambang Hermanto, S.E., M.I.Kom. & H. Kasan Basari, S.H sebagai Pasangan calon nomor urut satu, Kemudian ada Lucky Hakim & Syaefudin sebagai Pasangan calon nomor urut dua, dan yang terakhir ada Nina Agustina & Tobroni calon nomor urut tiga.
Namun debat langsung terasa panas ketika paslon nomor urut dua Lucky Hakim langsung mengertikk paslon nomor urut tiga Nina Agustina yang notabenenya adalah petahana. Bahkan sejak debat baru dimulai, Lucky langsung ngegas kritisi Nina yang menurutnya belum optimal mengemban tugas sebagai bupati.
“Ibu Nina yang saya hormati, saya tentu tidak berani menjelekkan ibu sebagai bupati. Namun, pada kenyataannya, selama saya turun ke masyarakat, saya melihat masih banyak sekali keluhan,” ujar Lucky yang klaim telah mengunjungi lebih dari 1.700 titik di Indramayu.
Baca juga: Perkara Seragam Sekolah, Dua Calon Walikota Cirebon Berdebat Sengit
Lucky juga mengeluhan tentang sawah yang kekeringan, gagal panen, susahnya mendapatkan pupuk subsidi, dangkalnya muara, sulitnya melaut, hingga sulitnya mendapatkan pekerjaan. Lambatnya perbaikan jalan rusak dan masih banyaknya anak putus sekolah juga jadi persoalan.
“Sekarang, Indramayu menjadi salah satu kabupaten termiskin di Jawa Barat,” ujarnya.
Tidak sampai disitu Lucky Hakim juga berpendapat bahwa masalah yang sudah ia jelaskan ini perlu segera ditangani oleh pemerintah daerah yang serius menangan beragam problem.
”Tidak mungkin itu dikerjakan oleh bupati yang solo karier. Bupati dan wabup harus berbagi tugas. Tidak boleh sedikit-sedikit pecat, mutasi,” ujar Lucky.
Tidak sampai disitu, paslon nomor urut dua ini juga curhat bahwa ia tidak diberi peran sebagai wakil bupati selama satu tahun mendampingi Nina. Ia juga menyinggung persoalan pemerintah daerah di Indramayu bak kerajaan. Padahal Pemerintahan daerah tentunya berbeda dengan pengelolaan kerajaan karena bupati bukanlah seorang raja yang selalu ingin dihormati, dipatuhi, dan dilayani oleh rakyatnya.
“Pemerintahan daerah tentunya berbeda dengan pengelolaan kerajaan, bupati bukanlah seorang raja yang selalu ingin dihormati, dipatuhi, dan dilayani oleh rakyatnya,” ucapnya.
Giliran Nina Agustina yang singgung balik Lucky Hakim
Menanggapi kritikan Lucky, Cabup Nina di akhir sesi tersebut menyinggung balik Lucky jika sebagai pemimpin harus memiliki karakter yang amanah, menuntaskan pengabdian sesuai masa jabatan dan sumpah jabatan. Bahkan ia mengajak Lucky untuk berdiskusi lebih jauh di belakang panggung.
“Kalau ada masalah pribadi silahkan bertemu sendiri daripada harus menghancurkan masyarakat Indramayu. Kita jaga kondusifitas karena masyarakat Indramayu bukan untuk dihancurkan, tapi kedepan adalah yang terbaik. Kita memilih pemimpin yang benar-benar cerdas, yang bukan hanya mengadu domba,” tandas Nina.