Melihat Proses Tabur Sedekah Rebo Wekasan, Rabu Terakhir di Bulan Safar

Rebo wekasan

CIREBON – Masyarakat Cirebon menjadikan hari terakhir di bulan Safar sebagai hari yang istimewa. Hari ini biasa dikenal dengan istilah Rebo Wekasan. Sebagian masyarakat percaya bahwa hari tersebut adalah waktu yang baik untuk bersedekah. Tradisi unik yang biasanya dilakukan adalah dengan menyebar uang koin kepada masyarakat atau yang dikenal dengan istilah tawur. Biasanya akan ada banyak warga yang menunggu prosesi ini dilangsungkan.

Salah satu pihak yang masih melestarikan tawur pada Rebo Wekasan adalah keluarga besar Ratu Raja Wulung di Keraton Kasepuhan. Pada Rebo Wekasan tahun 1446 Hijriyah atau Rabu (4/9), mereka mengadakan acara sedekah atau tawurji.

Melanjutkan tradisi Rebo Wekasan

Pangeran Heri Irawan yang merupakan perwakilan keluarga besar, menjelaskan bahwa ada dua keutamaan dalam melestarikan tradisi Rebo Wekasan. Pertama adalah kesempatan untuk bersedekah kepada sesama, dan kedua adalah ajang silaturahmi keluarga besar.

Pada hari tersebut, Pangeran Heri menyebutkan bahwa kegiatan dimulai dengan salat sunnah di pagi hari, diikuti doa bersama di siang hari, dan diakhiri dengan tabur sedekah berupa tawur kepada masyarakat sekitar.

Baca juga: Bertabur Bintang, The Frog Jadi Serial Thriler Korea Selatan yang Patut Kamu Tonton

Pangeran Heri menjelaskan bahwa tradisi ini diwariskan oleh para wali sanga sebagai bentuk sedekah. Melalui tradisi ini, mereka mengajarkan nilai-nilai Islam. Tawur juga menjadi kesempatan bagi keluarga keraton untuk berinteraksi dengan masyarakat sekitar, karena biasanya tradisi tersebut dilakukan di lapangan terbuka untuk umum.

Dia menambahkan bahwa dengan mengisi Rebo Wekasan dengan kegiatan positif, diharapkan dapat menjauhkan bahaya dan menebar kebaikan. Tradisi ini sebenarnya mulai menghilang di lingkungan Keraton Kasepuhan, sehingga dia bersama keluarga besarnya berinisiatif untuk menghidupkannya kembali tradisi lama ini.

Pangeran Heri mengungkapkan bahwa meskipun tradisi ini mulai hilang dari Keraton Kasepuhan, namun Keraton Kanoman masih terus melakukannya setiap tahun. Dengan menebar sedekah melalui tawur, diharapkan tercipta harmoni antara keluarga keraton dan masyarakat sekitar.

“Sawer adalah bahasa tradisional. Para wali dahulu menyebarluaskan Islam melalui tradisi ini untuk menolak bala, dengan bersedekah pada Rabu terakhir bulan Safar dan berdoa untuk keselamatan,” jelas Pangeran Heri

Publikasi Serupa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *