Ishak baru saja mengikat bendera di sebilah kayu untuk ia pampang di depan rumahnya, bendera itu berikibar berbarengan dengan sayup angin yang menerpanya.
Sebelum memasang bendera, Ishak dan pemuda kampung lainnya juga sudah menyiapkan ornamen plastik merah putih yang akan digantung dan menghiasi sudut-sudut kampung.
Pemandangan seperti ini dapat kita lihat di seluruh penjuru Nusantara. Bulan agustus adalah bulan merah putih. Bulan di mana dua warna itu dapat kita lihat di hampir semua tempat terutama di gang-gang rumah.
Agaknya sudah menjadi kebiasaan masyarakat kita untuk menghias jalanan di perkampungan dengan meriah menggunakan plastik merah putih yang kadang tidak dilepas lagi sekalipun Agustus sudah berlalu.
Seperti contohnya, Ishak, seorang pemuda yang aktif di kampungnya, salah satu alasan kenapa Ishak dan teman-temannya memasang ornamen merah putih yang terbuat dari plastik di sepanjang gangnya adalah karena ornamen yang terbuat dari plastik terbilang lebih murah.
“Iya (kita) memasangnya, karena lebih murah” ucap Ishak.
Selain itu memang ornamen atau hiasan merah putih berbahan plastik ini sangat mudah didapatkan, terlebih pada bulan Agustus.
Baca juga: Demos Watch 1: 79 Tahun Kemerdekaan Kita
Apa yang terjadi setelah Agustus berlalu?
Seperti yang DEMOS tulis di atas, ornamen tersebut biasanya akan terpampang, mengggantung di atas jalanan komplek atau gang dan dibiarkan oleh warga hingga warna merah berubah menjadi putih karena usang.
Lambat laun benangnya putus sendiri dan sampah plastik berterbangan entah kemana, menumpuk dan sulit terurai. Ada pula partikel-partikel kecil (micro plastik) dari hiasan plastik yang mulai pudar itu terhidup oleh kita.
Herry bercerita kepada DEMOS pada sebuah pertemuan, ia adalah seorang supir truk pengangkut sampah di Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Cirebon yang sudah menemui banyak bulan Agustus di sepanjang kariernya.
Setiap tahun pengalamannya selalu sama, melihat sampah plastik merah putih menumpuk dan menumpang di truknya, tak ada tempat lain bagi sampah merah putih itu selain dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Herry kurang setuju dengan penggunaan plastik merah putih di kampung-kampung. Ia tahu betul plastik adalah bahan yang sulit terurai dan akan terbengkalai dalam waktu yang lama. Dampak lingkungan yang diciptakannya pun bermacam-macam.
“Saya tidak setuju jika menghias lingkungan ketika merayakan 17 Agustus menggunakan plastik. Hal itu karena plastik sulit terurai dan lama terurainya” tuturnya sebagai orang yang sudah kolot dalam ranah kebersihan lingkungan hidup.
Herry ada benarnya, butuh kebijakan khusus dari pemerintah dan tentu saja kesadaran dari setiap individu saat menghias lingkungan dengan ornamen dari plastik.
Tumpukan sampah yang sulit terurai jadi ancaman terdekat yang seharusnya bisa dihindarkan. Karena memperingati kemerdekaan juga berarti harus sadar untuk menjaga lingkungan hidup yang sudah diperjuangan untuk merdeka.
Pakai dan rapihkan kembali
Ornamen atau plastik 17an punya beragam bentuk dan ukuran yang tersedia di pasaran. Harganya bermacam-macam dan dapat dibeli baik secara offline maupun online.
Ada beberapa hal yang patut diperhatikan ketika hendak menghias lingkungan untuk menyambut hari kemerdekaan kita. Salah satunya adalah dengan menghindari penggunaan plastik.
Jika memang harus menggunakan plastik, maka pastikan kita menggunakannya dengan bijak atau secukupnya, setelah itu kita rapihkan kembali, bahkan lebih baik jika dapat didaur ulang.
Agus Supriono, salah seorang pegiat lingkungan asal Cirebon, mewajarkan penggunaan plastik untuk ornamen 17an. Rasa bahagia warga memang sulit dibendung ketika momen 17 Agustus tiba.
Hanya saja menurutnya plastik yang sudah dipakai baiknya didaur ulang untuk keperluan yang lebih bermanfaat, karena upaya tersebut dapat mengurangi timbunan sampah di tempat pembuangan.
“Jika setelah menggunakannya itu ada sistem recycle, di mana sampah yang tercipta bisa digunakan kembali untuk kegiatan selanjutnya, perlu menjadi catatan adalah pasca menggunakannya karena jika dibiarkan akan menjadi limbah lagi” tandas Agus.
Masalah lingkungan selamanya akan jadi pekerjaan rumah bersama. Plastik jadi salah satu sampah yang sulit terurai dengan jumlah yang banyak. Momen 17 Agustus seharusnya bisa dimaknai dengan semangat kemerdekaan. Bukan hanya merayakan terbebas dari kungkungan kekuasaan kolonialisme tapi juga terbebas dari sampah yang mengancam kesehatan lingkungan di masa depan.