Demosmagz – Pada 27 November 2024 mendatang. Kota Cirebon akan merayakan pesta demokrasi memilih walikota dan wakil walikota baru. Namun para calon Walikota Cirebon punya banyak PR untuk membuat Kota Cirebon jadi lebih nyaman untuk ditinggali.
Sebagai salah satu Kota tertua di Indonesia, Cirebon punya potensi wisata sejarah yang mumpuni seperti Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, Keraton Kacirebonan, Keraton Kaprabonan, Taman Sari Goa Sunyaragi, Masjid Merah Panjunan, Masjid Agung Sang Cipta Rasa Kasepuhan, Vihara Dewi Welas Asih hingga Gedung BAT.
Sayangnya, potensi sejarah yang kuat ini kurang dimanfaatkan dengan baik oleh pemkot setempat. Jumlah kunjungan wisatawan lokal ke Kota Cirebon hanya sebesar 884,698 dan wisatawan asing 23,925 per Maret 2024. Jumlah ini tentunya belum mencapai target yang diharapkan.
DEMOS coba merangkum beberapa PR yang harusnya bisa diselesaikan oleh calon wakilota ketika kelak terpilih supaya warga Kota Cirebon bisa semakin nyaman ditinggali.
Harga Tiket Wisata Dibuat Terjangkau dan Beri Fasilitas Publik yang Relevan
Rata-rata harga tiket masuk wisata di Kota Cirebon antara Rp. 10ribu sampai Rp. 25 ribu perorang, belum termasuk tour guide. Untuk parkir saja bisa merogoh kantong sebesar Rp. 2ribu sampai Rp. 10ribu perkendaraan.
Dengan harga tersebut sayangnya fasilitas yang diberi tidak relevan. Hal ini bisa berdampak agar anak-anak muda Kota Cirebon mau mengenal sejarah kota yang mereka tinggali. Misalnya, penggambaran sejarah wisata ini bisa dikemas dalam bentuk animasi. Mengingat anak-anak muda zaman sekarang lebih ramah dengan teknologi audio visual, ketimbang penjelasan satu arah dari tour guide.
Kebersihan tempat wisata juga patut diperhitungkan. Taman Goa Sunyaragi misalnya, halaman belakang tempat wisata ini terlihat begitu kumuh.. Kolam airnya kosong melompong, sampah daun kering yang dibiarkan menumpuk, dan pagar besi yang sudah berkarat. Padahal, halaman belakang ini cukup teduh dan nyaman untuk dibuat tempat istirahat pengunjung atau sekedar tempat berkumpul berbagai komunitas di Kota Cirebon.
Kita semua tahu jika Taman Goa Sunyaragi adalah salah satu tempat wisata andalan Kota Cirebon, jika dibiarkan tidak terurus, lantas bagaimana wisatawan hendak datang?
Buat Ruang Terbuka Hijau yang Tentram
Kota Cirebon hanya mempunyai Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebesar 9,4% dari yang seharusnya 20%. Ada RTH pun pengelolaannya berantakan, Sobat Demos bisa melihatnya sendiri jika datang ke kawasan Stadion Bima yang semerawut. Banyak Pedagang Kaki Lima (PKL) dan bangunan warung semi permanen di bahu jalan. Banyaknya pedagang ini membuat kawasan Bima berserak dengan sampah bungkus makanan.
Alhasil, RTH yang berfungsi sebagai tempat berkumpul masyarakat dalam konteks yang positif seperti berjalan-jalan, menghirup udara segar dan berolahraga. Justru jadi tempat anak-anak nongkrong bolos sekolah.
Begitupun di Alun-Alun Sangkala Buana Kasepuhan yang pada tahun 2022 direnovasi oleh Pemprov Jabar sehingga terkonsep dan mempunyai nilai estetika. Sekarang, sesak dengan PKL dan wahana mirip pasar malam, yang ramainya dari pagi sampai malam. Perputaran ekonomi ini tentu diharapkan tapi, penataan tempat yang rapih juga tetap harus diperhatikan.
Baca juga: Bukan Sunda atau Jawa, Ini Dia Basa Cerbon, Bahasanya Orang Cirebon
Calon Walikota Cirebon Bisa Buat Event Nasional
Kota Cirebon adalah salah satu kota yang konsumtif. Sebagai kota yang konsumtif, kota ini berpotensi untuk mengadakan event nasional. Ketika kota menjadi tuan rumah untuk event nasional otomatis dapat mendongkrak ekonomi dan pariwisata.
Sayangnya Kota Cirebon tidak mengambil kesempatan itu. Berbeda dengan daerah-daerah lain yang gemar mengadakan event nasional. Jogja misalnya memiliki Festival Jazz Prambanan di DIY Yogyakarta atau Jember Fashion Carnaval di Kota Jember.
Barangkali Calon Walikota Cirebon bisa membuat festival kuliner tahunan berskala nasional. Berisi aneka makanan khas daerah-daerah di Cirebon yang sangat beragam dan unik. Sekaligus menjadi ajang memperkenalkan makanan khas Cirebon lainnya, Hal ini bisa dilakukan agar kuliner Cirebon dapat lestari di kemudian hari dan anak-anak muda bisa berbangga dengan kulinernya sendiri.
Hal itu dibuktikan dari data. Wisatwan yang datang ke Cirebon ternyata sebagian besar datang untuk wisata kuliner.
Jadikan Kawasan BAT Pusat Keramaian dan Ikon Wisata
Di Bandung ada Jalan Braga. Di Yogyakarta ada Jalan Malioboro. Keduanya adalah nama jalan yang ikonik dan menjadi pusat keramaian yang asik. Walau sekedar berjalan-jalan dan menikmati suasana saja.
Sayangnya, Kota Cirebon belum ada. Namun yang paling mendekati dari konsep ini sebenarnya adalah kawasan gedung BAT Jalan Pasuketan. Lokasi ini cukup unik karena ada perpaduan nuansa sejarah dari gedung BAT yang berdiri sejak tahun 1924.
Sayangnya gedung BAT tidak memiliki lahan parkir yang memadai. Hal ini membuat kendaraan menjadi bertumpuk di bahu jalan. Menimbulkan kemacetan dan ketidaknyamanan. Ditambah jika malam hari lampu-lampu di Taman Pedati Gede (taman di kawasan BAT) kurang terang. Mungkin Calon Walikota cirebon yang akan terpilih nanti dapat memberi sentuhan hiburan dengan mengadakan live music gratis.
Jika ini diterapkan mungkin ilihan rekreasi di Kota Cirebon tidak itu-itu saja dan tidak melulu harus ke mall untuk berjalan-jalan. Semoga calon Walikota Cirebon yang baru bisa memperhatikan hal-hal ini. Agar Kota Cirebon terasa lebih hidup, asri dan manusiawi ya Sobat Demos!
[…] Ada Aroma Sunjaya Purwadi Sastra di Setiap Pilkada Kabupaten Cirebon PR Calon Walikota Cirebon: Saatnya Rayu Wisatawan dengan Merupa Ruang Publik Pemerintah dan DPR Kompak Ingin Masukan Pelajaran AI dan Coding Dalam Kurikulum Ujian […]