Pemilihan kepala daerah yang dilakukan langsung oleh rakyat pertama kali diputuskan pada tahun 2005. Cirebon, baru menyelenggarakan pilkada langsung setelah masa jabatan bupati sebelumnya tandas pada tahun 2008. Sejak saat itu sampai saat ini Bupati Cirebon selalu dipilih oleh rakyat langsung. Namun, sejak saat itu juga selalu ada nama Sunjaya Purwadi Sastra dalam konstelasi politik lima tahunan tersebut.
Sebelum jauh bicara soal sosok Sunjaya, Cirebon adalah kandang banteng. Warna merah seolah jadi warna kebesaran Kabupaten Cirebon. Tidak berlebihan sebab bupati yang terpilih dalam rentang waktu lama selalu dari PDIP. Sejak pemilu bupati masih diselenggarakan lewat pemilihan di DPRD, calon-calon dari PDIP biasanya punya kans lebih besar untuk menang. Hal itu berlanjut sampai pada pemilihan bupati secara langsung.
Nah bicara pemilihan bupati secara langsung. Tahun ini adalah kali keempat rakyat Cirebon bisa memilih bupati dan wakil bupatinya secara langsung. Namun, dalam setiap Pilbup Cirebon, ada satu nama yang selalu muncul. Nama itu adalah Sunjaya Purwadi Sastra.
Langkah catur Sunjaya Purwadi Sastra di Pilkada Cirebon
1. Maju sebagai calon independent di Pilbup 2008
Sebagai seorang politikus, Sunjaya memang sosok yang terhitung berani. Minatnya untuk memimpin Cirebon sudah timbul sejak tahun 2008 ketika pemilihan bupati oleh rakyat pertama kali di gelar. Tidak mendapat rekomendasi dari partai, Sunjaya maju lewat jalur independent. Padahal saat itu yang ia hadapi adalah Dedi Supardi, petahana yang kala itu didukung oleh PDI Perjuangan.
Selain Dedi Supardi, Sunjaya juga harus berhadapan dengan taipan terkenal asal Cirebon, Djakaria Machmud yang berambisi untuk jadi Cirebon 1. Tiga paslon pun resmi di daftarkan. Sunjaya kala itu menggaet Abdul Hayi sebagai calon wakilnya. Dedi Supardi merangkul Ason Sukasa yang notabenenya representasi dari Cirebon Timur untuk jadi wakilnya. Sementara Djakaria Machmud meminang Sultan Arief Natadiningrat untuk jadi calon wakilnya.
Pemilu pun digelar. Seperti yang sudah banyak orang prediksi, Dedi Supardi menang dengan jarak yang cukup jauh meninggalkan lawan-lawannya. Dedi, menang 50,4 persen sementara suara Djakaria Machmud 38,6 persen. Sunjaya Purwadi Sastra tercecer di urutan ke tiga dengan 10,8 persen.
2. Dipinang PDIP dan terpilih jadi Bupati Cirebon tahun 2013
Selesai dengan Pilbup 2008, Sunjaya masih punya daya gedor untuk maju kembali lima tahun mendatang. 10,8 persen modal pemilih yang dia dapat lima tahun sebelumnya tentu sangat berharga. Dia pun bersaing dengan sejumlah nama lain untuk bisa dipinang oleh PDIP. Gayung bersambut partai merah itu memberi rekomendasinya pada Sunjaya agar bisa berlayar bersama kader inti yang dipasangkan jadi wakilnya. Dialah Tasiya Soemadi.
Pilbup Cirebon tahun 2013 lebih ramai dari Pilbup sebelumnya. Total ada enam calon yang berlaga mereka adalah Insyaf Supriadi dan Darusa dari jalur independent, Sunjaya dan Gotas, Luthfi dan Ratu Arimbi, Qomar dan Subhan, Ason Sukasa dan Elang Kusnandar serta Heviana dan Rakhmat.
Nama yang disebut terakhir jadi penantang serius Sunjaya untuk menapaki karier sebagai calon Bupati Cirebon. Heviana adalah istri Dedi Supardi, Bupati Cirebon sebelumnya yang menjabat selama 10 tahun. Heviana saat itu tidak mendapat rekomendasi dari PDIP. Ia berlayar bersama bendera Hanura.
Benar saja, pilkada ini cukup sengit. Sunjaya-Gotas dan Heviana-Rachmat masuk ke putaran ke dua. Namun, kekuatan PDIP sekali lagi bertaji untuk menangkan calonya. Sunjaya-Gotas pun menang dengan perolehan suara 53% persen. Sunjaya Purwadi Sastra resmi menjabat sebagai seorang Bupati Cirebon.
Baca juga: PR Calon Walikota Cirebon: Saatnya Rayu Wisatawan dengan Merupa Ruang Publik
3. Kembali menangkan pemilu 2018 dan tersangkut kasus Korupsi
Datang sebagai petahana, Sunajaya jauh lebih percaya diri untuk menangkan Pemilu Bupati Cirebon tahun 2018. Kali ini ia berpasangan dengan Imron Rosyadi setelah wakilnya sebelumnya Tasiya Soemadi tersangkut kasus korupsi. Pemilu 2018 memiliki empat calon. Selain Sunjaya-Imron ada Luthfi- Qomar, Rahmat-Yayat juga Kalinga-Dian. Empat calon ini bersaing ketat namun Sunjaya mendapat perolehan paling banyak dengan 31 persen.
Dengan presentase tersebut, Sunjaya kembali terpilih. Namun takdir mempertemukannya dengan jeruji besi. KPK menangkap tangan Sunjaya ketika ia sedang melakukan transaksi korupsi dalam kasus suap dan gratifikasi pembangunan PLTU. Ia juga didakwa menerima uang haram iuran SKPD, rotasi, mutasI dan penerimaan honorer serta fee proyek. Tanpa ampun, KPK menggelandang pria kelahiran 1965 itu ke penjara tepat setelah ia dilantik menjadi bupati kembali. Kemenangan periode ke dua pun sirna. Imron Rosyadi yang mendapat untungnya dengan naik menjadi Bupati Cirebon.
4. Majukan istri sebagai calon bupati 2024
Kini, Sunjaya masih berstatus sebagai tahanan. Namun aroma sosoknya menguar dari jeruji besi dan kini tercium pada Pilkada 2024. Adalah Wahyu Tjiptaningsih, istri Sunjaya yang kini maju sebagai calon bupati. Sebelumnya Wahyu Tjiptaningsih diberi jabatan Wakil Bupati untuk mendampingi Imron Rosyadi.
Kini Wahyu Tjiptaningsih bersaing serius, elektabilitasnya cukup tinggi. Ia diusung oleh Partai Gerindra, PKS dan Demokrat untuk berpasangan dengan Solichin. Wahyu-Solichin bersaing dengan tiga calon lain. Imron-Agus, Luthfi-Dia dan Rahmat-Imam.
Selain istrinya yang kini punya kans untuk menjadi Bupati Cirebon. Sunjaya juga punya Satria Robi Saputra anaknya yang kini menjabat sebagai Kuwu Desa Kedungjaya, bukan tidak mungkin dalam beberapa tahun ke depan, Robi meneruskan trah orang tuanya untuk duduk sebagai Bupati Cirebon.
Pilkada tanggal 27 November nanti akan menentukan dua hal pada siapa rakyat Cirebon memberi mandat, kembali untuk kader PDIP yang kini diwakilkan Imron Rosyadi, memilih untuk kembali dipimpin oleh keluarga Sunjaya atau mencari jalan baru dengan memenangan dua calon lainnya yakni Luthi-Dia atau Rahmat-Imam.
[…] Cirebon: Pengertian, Sejarah dan Faedah Membaca Masa Lalu Selalu Ada Aroma Sunjaya Purwadi Sastra di Setiap Pilkada Kabupaten Cirebon PR Calon Walikota Cirebon: Saatnya Rayu Wisatawan dengan Merupa Ruang Publik Pemerintah dan […]