Tupperware merupakan salah satu merek peralatan rumah tangga yang popular di kalangan masyarakat Indonesia terlebih Ibu-ibu.
Namun baru-baru ini, tersebar kabar mengenai Tupperware yang mengumumkan untuk tidak melanjutkan kegiatan produksinya kembali alias bangkrut.
Tupperware sendiri didirikan oleh pebinis asal Amerika Selatan, Earl Silas Tupper pada tahun 1946 atau telah beroperasi selama 78 tahun. Produk pertama dari Tupperware ialah wadah penyimpan makanan Wonderlier Bowl dan Bell Tumble.
Tahukah kalian ada yang membuat Tupperware berbeda dengan produk-produk yang lainnya yaitu memiliki penyekat atau biasa lebih dikenal “burping seal” yang menjadi ciri khas dari Tupperware.
Selain itu, plastik yang digunakan untuk membuat produk-produk Tupperware ialah plastik ganda yang merupakan campuran sayur dan buah yang sudah teruji dan ramah lingkungan.
Tupperware para kebanggan ibu-ibu ini telah diketahui mendapatkan penurunan yang siginifikan pada tahun lalu dan ia telah kehilangan kapitalisasi sampai 95% dalam tiga tahun.
Penurunan yang paling parah ini terjadi setelah awal tahun lalu, perusahaan memberitahu investor adanya keraguan untuk melanjutkan usahanya.
Inilah beberapa faktor yang mengakibatkan Tupperware tidak melanjutkan usahanya lagi, di antarnya yaitu adanya perubahan perilaku konsumen dan meningkatnya jumlah pesaing yang memproduksi produk rumah tangga serupa.
Akibatnya jumlah penggunaan produk Tupperware semakin tergeser di pasaran, terlebih pada era E-Commerce yang di dalamnya banyak penjual produk peralatan rumah tangga dengan harga murah.
Bukan hanya itu Tupperware juga mengahadapi tekanan finansial yang serius, yang ditunjukan dengan adanya laporan penurunan saham 90% pada 2023 lalu.
Di saat situasi ini perusahaan mendapat situasi yang semakin buruk karena adanya hutang yang besar dan sangat sulit untuk mengikuti trend pada era modern ini.
Pada kondisi buruk seperti itu perusahaan berusaha mencari bantuan lembaga keuangan agar perusahaan tetap berjalan.
Baca juga: Adu Tajir Calon Walikota Cirebon, LHKPN Ungkap Siapa yang Paling Punya Uang
Belajar dari Bangkrutnya Tupperware
Dikutip dari Koprona Consulting, dari pelajaran di atas yang bisa kita ambil dari bangkrutnya Tupperware ialah bagaimana kita melakukan langkah-langkah ini untuk menghindari hal yang serupa:
- Lakukan adaptasi adanya perubahan pasar
Pada kegagalan Tupperware yang belum mampu untuk berdaptasi, namun dalam berdaptasi kita juga kita bisa mengenali dan merespons perubahan pasar yang cepat. Pada keterampilan tersebut membantu binis kita menjadi relevan dan kompetitif dalam menghadapi perubahan tren dan kebutuhan konsumen. - Buat Inovasi baru dalam produk layananSalah satu masalah utama Tupperware adalah kurangnya Inovasi. Namun dengan adanya inovasi ini itu membuat kita menjadi berfikir kreatif dan inovatif dan mencari tahu dalam mengembangkan produk dan tetap mebantu bisnis untuk tetap di depan pesaing dan memenuhi kebutuhan pelanggan yang berubah.
- Fokus pada kepuasan pelanggan
Mengedepankan pengalaman pelanggan, Ini mencakup memahami apa kebutuhan dan ekspektasi pelanggan, serta memberikan layanan yang melebihi harapan mereka, dan dapat membantu hubungan jangka panjang yang kiat dengan pelanggan. - Lakukan strategi pemasaran yang efektif
Harus adanya Pengembangan strategi pemasaran yang efektif, termasuk cara memilih saluran pemasaran yang tepat, menentukan audiens target, dan merancang pesan yang menarik. Strategi pemasaran yang baik akan membantu bisnis menarik para pelanggan dan membangun merek yang kuat. - Manejemen keuangan yang bijaksana
Manajemen keuangan, seperti perencanaan anggaran, pengelolaan biaya, dan pemantauan kinerja keuangan. Memahami cara mengelola keuangan secara efisien ialah kunci untuk bisa menjaga kesehatan finansial bisnis. - Kepemimpinan yang efektif
keterampilan kepemimpinan, termasuk cara memotivasi tim, mengelola konflik, dan memimpin dengan visi yang jelas. Kepemimpinan yang kuat bisa mempengaruhi keseluruhan kinerja tim dan mencapai tujuan bisnis. - Kemampuan mengelola krisis
Dalam menangani situasi krisis, termasuk perencanaan dan pelaksanaan rencana pemulihan. Kita dilatih untuk berfikir bagaimana merespons dan mengelola krisis yang secara efektif dan dapat membantu mereka mengatasi masalah yang tidak terduga. - Membangun dan memelihara hubungan bisnis
Membangun dan memelihara hubungan yang solid dengan mitra bisnis, pemasok, dan pelanggan akan membuat hubungan yang baik dapat memperkuat dukungan dan menciptakan peluang baru. - Penerapan teknologi
Cara memanfaatkan teknologi untuk bisa meningkatkan efisiensi dan menjangkau audiens yang lebih luas. Teknologi dapat memberikan keuntungan kompetitif jika dilakukan dengan bijaksana. - Evaluasi dan adaptasi terus menerus
Kurangnya evaluasi dan adaptasi terhadap strategi, harus mendorong evaluasi berkala dan penyesuaian strategi berdasarkan hasil dan umpan balik. Ini membantu memastikan bahwa pendekatan yang digunakan tetap relevan dan efektif.
Itulah beberapa informasi apa yang terjadi hingga membuat Tupperware memutuskan untuk Gulung Tikar.